اَلْخـَبِيـْثــاَتُ
لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ
لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)
“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)
Beberapa waktu yang lalu saya
mendapatkan SMS tausiyah yang berisi ayat diatas yaitu surat An-nur ayat
26.Lalu ada seorang teman yang menanyakan, apakah benar isi ayat ini? Apakah
mesti “otomatis” wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik
juga?Bagaimana Seandainya dalam kehidupan nyata ada seorang pria yang baik dan
dia mendapatkan wanita yang tidak baik?Apakah ayat Al Quran diatas salah?
Pertanyaan seperti itu sebenarnya menjadi pertanyaan saya juga dari dulu dan saya mencoba memahami apa yang saya pahami dari ayat tersebut.
Pertanyaan seperti itu sebenarnya menjadi pertanyaan saya juga dari dulu dan saya mencoba memahami apa yang saya pahami dari ayat tersebut.
Al Quran sebagai Petunjuk
Umat Islam diseluruh dunia meyakini
bahwa Quran itu firman Allah.Artinya apa yang dikatakan Allah dalam Quran
dipastikan benar.Tuhan memberi tahu kepada kita bagaimana cara kita mengenalnya
dengan diutusnya nabi.Sebab akal manusia tidak akan sampai untuk mengenal siapa
Tuhannya,oleh karena itu Tuhan memberi petunjuk.Petunjuk jalan yang lurus agar
dapat mengenalnya.Dalam memahami petunjuknya berupa firmanNya,terdapat
keterbatasan diri kita,sehingga firman Tuhan yang sudah pasti benar,bisa saja
menjadi salah dengan pemahaman kita.
Karena apa yang dimaksud baik-salah
itu adalah menurut Tuhan. Standar baik-buruk itu tentu saja sudah ditentukan
oleh Tuhan.Bahkan kata baik-buruk itu ada karena adanya agama. Artinya apa?
Jika kita menilai sesuatu itu baik-buruk tentu saja berdasarkan kepada ajaran agama.Karena tidak logis jika kita menilai sesuatu itu baik/buruk hanya berdasarkan pemikiran sendiri,karena premis baik atau tidak baik itu muncul dari adanya Tuhan.Tuhan yang menentukan standar ini baik dan ini buruk.Sangat tidak rasional jika hanya menentukan baik/buruk hanya menurut kita karena premis yang digunakan kita ketahui dari Tuhan,sehingga dalam memahami ayat yang diturunkan Tuhan (Kauliah) atau ketetapan yang terjadi di bumi secara logis dapat kita katakan bahwa Allahlah yang mengetahui sesuatu itu baik atau tidak.
Jika kita menilai sesuatu itu baik-buruk tentu saja berdasarkan kepada ajaran agama.Karena tidak logis jika kita menilai sesuatu itu baik/buruk hanya berdasarkan pemikiran sendiri,karena premis baik atau tidak baik itu muncul dari adanya Tuhan.Tuhan yang menentukan standar ini baik dan ini buruk.Sangat tidak rasional jika hanya menentukan baik/buruk hanya menurut kita karena premis yang digunakan kita ketahui dari Tuhan,sehingga dalam memahami ayat yang diturunkan Tuhan (Kauliah) atau ketetapan yang terjadi di bumi secara logis dapat kita katakan bahwa Allahlah yang mengetahui sesuatu itu baik atau tidak.
AnNur ayat 26
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Berangkat dari pemahaman
diatas,tentu saja kita bertanya-tanya apakah yang dimaksud baik disini?Atau
keji? Apakah kita dapat menentukan sesuatu itu baik atau tidak baik?Kalau kita
cermati ayat diatas merupakan satu paket ayat yang bersambung ,tidak hanya
putus pada kalimat “untuk wanita yang baik”tetapi masih berlanjut dengan
bahasan tuduhan , juga ampunan.Artinya ayat ini sebenarnya diturunkan dalam
konteks tertentu.Coba kita lihat konteks ayat ini turun
Ayat ini diturunkan untuk
menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a. dan Shafwan bin al-Mu’attal r.a. dari segala
tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Pernah suatu ketika dalam suatu
perjalanan kembali dari ekspedisi penaklukan Bani Musthaliq, ‘Aisyah terpisah
tanpa sengaja dari rombongan karena mencari kalungnya yang hilang dan kemudian
diantarkan pulang oleh Shafwan yang juga tertinggal dari rombongan karena ada
suatu keperluan. Kemudian ‘Aisyah naik ke untanya dan dikawal oleh Shafwan
menyusul rombongan Rasullullah SAW. dan para shahabat, akan tetapi rombongan
tidak tersusul dan akhirnya mereka sampai di Madinah. Peristiwa ini akhirnya
menjadi fitnah dikalangan umat muslim kala itu karena terhasut oleh isu dari
golongan Yahudi dan munafik jika telah terjadi apa-apa antara ‘Aisyah dan
Shafwan.
Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan diantara kaum muslimin yang pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Nabi juga berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan yang sebenarnya terjadi. Kemudian Allah menurunkan ayat ini yang juga satu paket annur 11-26.
Masalah menjadi sangat pelik karena sempat terjadi perpecahan diantara kaum muslimin yang pro dan kontra atas isu tersebut. Sikap Nabi juga berubah terhadap ‘Aisyah, beliau menyuruh ‘Aisyah untuk segera bertaubat. Sementara ‘Aisyah tidak mau bertaubat karena tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya, ia hanya menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan yang sebenarnya terjadi. Kemudian Allah menurunkan ayat ini yang juga satu paket annur 11-26.
Penjelasan An Nur 26 menurut para
ulama
jika dilihat dari konteks ayat ini,
ada dua penafsiran para ulama terhadap ayat ini yaitu tentang arti kata “wanita
yang baik” dan juga “ucapan yang baik”Sehingga dapat juga diartikan sebagai
begini
Perkara-perkara (ucapan)yang kotor adalah dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor. Sedang perkara (ucapan)yang baik adalah dari orang baik-baik, dan orang baik-baik menimbulkan perkara yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Perkara-perkara (ucapan)yang kotor adalah dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang kotor adalah untuk perkara-perkara yang kotor. Sedang perkara (ucapan)yang baik adalah dari orang baik-baik, dan orang baik-baik menimbulkan perkara yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Kata khabiitsat biasa dipakai untuk
makna ucapan yang kotor(keji) ,juga kata thayyibaat dalam Quran diartikan
sebagai kalimat yang baik.Begitupun pada ayat ini berlaku bahwa kata khabiitsat
dan thayyibaat
Hakam ibnu Utaibah yang
menceritakan, bahwa ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah
r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti Aisyah r.a. Utusan itu
mengatakan, “Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?”
Siti Aisyah r.a. menjawab, “Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga
turun alasanku dari langit”. Maka Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima
belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a. Selanjutnya
Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, “Ucapan-ucapan
yang keji adalah dari orang-orang yang keji..” (Q.S. An Nur,26). Hadis ini
berpredikat Mursal dan sanadnya sahih.
Ayat 26 inilah penutup dari ayat
wahyu membersihkan isteri Nabi, Aisyah dari tuduhan keji itu. Di dalam ayat ini
diberikan pedoman hidup bagi setiap orang yang beriman. Tuduhan keji adalah
perbuatan yang amat keji hanya akan timbul daripada orang yang keji pula.Memang
orang-¬orang yang kotorlah yang menimbulkan perbuatan kotor. Adapun
ucapan-ucapan yang baik adalah keluar dari orang-orang yang baik pula, dan
memang¬lah orang baik yang sanggup menciptakan perkara baik. Orang kotor tidak
menghasilkan yang bersih, dan orang baik tidaklah akan menghasilkan yang
kotor,dan ini berlaku secara umum
Di akhir ayat 26 Tuhan menutup
perkara tuduhan ini dengan ucapan bersih dari yang dituduhkan yaitu bahwa
sekalian orang yang difitnah itu adalah bersih belaka dari segala tuduhan,
mereka tidak bersalah samasekali. Maka makna ayat diatas juga sangat tepat
bahwa orang yang baik tidak akan menyebarkan fitnah,fitnah hanya keluar dari
orang –orang yang berhati dengki,kotor, tidak bersih.Orang yang baik,dia akan
tetap bersih,karena kebersihan hatinya
Yang Baik Hanya Untuk yang baik?
Pembahasan kedua yaitu tentang
maksud ayat diatas yaitu “wanita yang baik” dan “wanita yang keji”.Dalam hal
ini terjemahan Depag menggunakan arti wanita yang baik dan pemahaman ini
berangkat dari para ulama yang menyatakan bahwa aisyah menrupakan wanita yang
baik-baik,karena konteks ayat tersebut turun satu paket yaitu ayat 11-26 dengan
ayat sebelumny tentang seseorang menuduh wanita yang baik-baik berzina.Maka
jika diartikan begitu sesuai dengan perntanyaan diatas
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Dalam kaidah ushul ditetapkan bahwa
kekhususan sesuatu tidak dapat diterima dan ditetapkan berdasarkan
perkiraan,tetapi harus didukung dengan dalil.Dalam nash ini tidak ada dalil
tentang kekhususan ayat ini.Ayat Quran bermakna umum,artinya berlaku juga untuk
umatnya kecuali ada dalil tentang kekhususan ( bukan berarti kekhususan ini ada
kata-kata ‘khusus’ contohnya pada wajibnya hijab hanya khusus pada istri nabi
walalupun tidak ada kata khusus,dan tidak ada alasan untuk meniru-niru kekhususan
hijab bagi istri nabi).
Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, begitu juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat ini sebuah kondisi atau memang anjuran,sebab para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang hal ini.Syaikh Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, ulama Mesir pernah berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna) dalam bahasa Arab. Pertama; Kalam yang mengabarkan kondisi atau suasana yang ada.
Ayat ini bersifat umum, bahwa wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, begitu juga sebaliknya. Namun yang perlu dipahami adalah ayat ini sebuah kondisi atau memang anjuran,sebab para ulama banyak mengemukakan pendapat tentang hal ini.Syaikh Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, ulama Mesir pernah berkata: ada dua macam kalam (kalimat sempurna) dalam bahasa Arab. Pertama; Kalam yang mengabarkan kondisi atau suasana yang ada.
Kedua Kalam yang bermaksud ingin
menciptakan kondisi dan suasana. Kalam seperti ini bisa ditemukan dalam quran.
Seperti firman Allah QS. ali-Imran: 97: Barang siapa yang memasukinya
(baitullah itu) menjadi amanlah dia. Ayat itu kalau dipahami, bahwa Allah
sedang mengabarkan kondisi dan suasana kota Mekah sesuai kenyataan yang ada,
maka tentu tidak akan terjadi hal-hal yang bertolak belakang dengan kondisi
itu. Akan tetapi, kalau ayat itu dipahami, sebagai bentuk pengkondisian
suasana, maka Allah sesungguhnya tengah menyuruh manusia, untuk menciptakan
kondisi aman di kota Mekah. Kalaupun kenyataan banyak terjadi, bahwa kota Mekah
kadang tidak aman, maka hal itu artinya, manusia tidak mengejewantahkan
perintah Allah.
Pemahaman yang sama juga bisa
ditelaah pada ayat ini; Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An-Nur: 26). Pada kenyataan
yang terjadi, ternyata, ada laki-laki yang baik mendapat isteri yang keji,
begitupula sebaliknya. Maka memahami ayat tersebut sebagai sebuah perintah,
untuk menciptakan kondisi yang baik-baik untuk yang baik-baik, adalah sebuah
keharusan. Kalau tidak, maka kondisi terbalik malah yang akan terjadi
Kalau kita bandingkan dengan Annur
ayat 3 yang mana kalimat digunakan untuk umum
“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik”(An Nur ayat 3)
“laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik”(An Nur ayat 3)
yg mana di ayat ini lebih tegas
mengandung “unsur perintah” untuk mencari pasangan yg sepadan. sehingga ayat 26
bisa dimengerti sebagai sebuah motivasi atau anjuran untuk mengondisikan dan
bukan sebagai ketetapan bahwa yg baik “otomatis” akan mendapatkan pasangan yg
baik. Hal ini tentu memerlukan usaha untuk memprbaiki diri lebih baik.
Ayat tersebut bukanlah merupakan
janji Allah kpd manusia yg baik akan ditakdirkan dgn pasangan yg baik.
Sebaliknya ayat tersebut merupakan peringatan agar umat islam memilih manusia
yg baik utk dijadikan pasangan hidup.Oleh karena itu nabi bersabda tentang
anjuran memilih pasangan yaitu lazimnya dengan 4 pertimbangan,dan terserah yang
mana saja,namun yang agamanya baik tentu sangat dianjurkan, hal ini sesuai
dengan anuran surat Annur ayat 26
Lalu bagaimana jika seseorang yang baik mendapatkan wanita yang tidak baik
Lalu bagaimana jika seseorang yang baik mendapatkan wanita yang tidak baik
Ayat diatas pemahaman saya memang
bukan janji Allah tentang otomatisnya orang yang baik akan mendapat pasangan
yang baik,Ayat tersebut secara umum memberitahukan kita bahwa orang –orang yang
baik akan mendapat pasangan yang baik juga,dengan berusaha mengondiskan diri
menjadi baik dan juga berikhtiar mencari pasangan yang baik.Namun baik dalam
hal ini,pun secara logika dapat diartikan bermacam-macam.Secara khusus Allah
membuat perumpamaan bagaimana seorang yang baik mendapatkan pasangan yang tidak
baik.Hal ini dapat kita lihat pada kisah nabi Nuh, Nabi Luth,dan Juga Firaun.
“Allah membuat istri nabi nuh dan
istri nabi luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di
bawah ikatan pernikahan dengan dua orang hamba yang shalih di antara
hamba-hamba kami. lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suami mereka,
maka kedua suami mereka itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari siksa
Allah, dan dikatakan kepada keduanya: ‘masuklah kalian berdua ke dalam neraka
bersama orang-orang yang masuk neraka’.” (at-tahrim: 10)
Allah menakdirkan istri kedua nabi
yang mulia ini justru tidak menerima dakwah suami mereka. padahal keduanya
adalah belahan jiwa yang saling melengkapi, saling menemani dan mendampingi.
kedua istri ini mengkhianati suami mereka dalam perkara agama, karena keduanya
beragama dengan selain agama yang diserukan oleh suami mereka. keduanya enggan
menerima ajakan kepada keimanan bahkan tidak membenarkan risalah yang dibawa
suami mereka.
Lalu diayat selanjutnya kita temukan
perumpamaan lain tentang suami yang tidak baik(fasik) dengan instri solehah salah
satunya adalah asiyah binti mazahim, istri fir’aun. walau berada dalam
kekuasaan fir’aun, asiyah mampu menjaga akidah dan harga dirinya sebagai
seorang muslimah. asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia
yang dijanjikan fir’aun. Allah mengabadikan doanya, dan Allah menjadikan
perempuan fir’aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdoa, ya Tuhanku,
bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku
dari fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zalim (at
tahriim [66]: 11)
Bagi kita mungkin Firaun merupakan
pria yang jahat,namun kisah Asiyah ini di Abadikan dalam Quran.Allah menjadikan
Firaun merupakan pribadi yang “baik” bahkan sangat “baik” bagi Asiyah karena
secara logis membuat Asiyah menjadi wanita yang ditinggikan derajatnya.Ia tetap
dapat menjaga akidahnya,dari fitnah besar suaminya.Dalam hal ini baik tidak
baik terlihat sekali,tentang suami soleh atau zalim , yaitu dalam hal Aqidah.
Kesimpulan
“..Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagi kamu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah:ayat 216)
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang di janjikan kepadamu.” (Adz-Dzariyat:ayat 22)
Kesimpulan
“..Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagi kamu. Allah Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah:ayat 216)
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang di janjikan kepadamu.” (Adz-Dzariyat:ayat 22)
Dalam Surat Annur Allah menetapkan
bahwa Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan rasul menetapkan
beberapa panduan untuk kita pilih
“Dinikahi seseorang itu karena empat perkara, harta, kecantikan, keturunan dan agama. Maka pilihlah yang beragama, niscaya beruntung diri.”
“Dinikahi seseorang itu karena empat perkara, harta, kecantikan, keturunan dan agama. Maka pilihlah yang beragama, niscaya beruntung diri.”
“Pesan Abu Hurairah r.a. kepada
puterinya: Pilihlah bakal suamimu orang yang bertaqwa karena jika dia suka
kepadamu, dia mendoakan kebaikan untukmu. Jika dia tidak menyenangimu, dia
tidak akan berlaku zalim terhadapmu
Proses mendidik hati bukan mudah
seperti menenun kain yang indah, tapi perlukan kesabaran dan mujahadah.Ucapan
yang baik akan keluar dari orang yang baik,ucapan yang keji akan keluar dari
orang yang keji pula.Untuk mendapatkan sesuatu yang baik memang kita harus
memperbaiki diri lebih baik. Tugas seorang hamba ke atas dirinya hanya membaiki
dirinya sendiri tanpa terlalu memikirkan pengakhiran mendapat yang soleh
ataupun sebaliknya. Kerana Allah tidak akan menzalimi orang yang sentiasa berusaha
ke arah kebaikan.
“Sesungguhya Kami yang menurunkan Ad-dzikr,dan Kami pula yang menjaganya”.Akan ada para penghafal-pengahafal Quran,ulama-ulama yang akan menjaga Quran sampai akhir zaman,dan ayat ini akan tetap berlaku sampai kahir zaman
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).
“Sesungguhya Kami yang menurunkan Ad-dzikr,dan Kami pula yang menjaganya”.Akan ada para penghafal-pengahafal Quran,ulama-ulama yang akan menjaga Quran sampai akhir zaman,dan ayat ini akan tetap berlaku sampai kahir zaman
”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).
Akan ada pula orang-orang yang
berusaha memperbaiki diri,mebuat diri menjadi lebih baik dan mendapat pasangan
yang baik,dan ayat ini tetap akan berlaku selama-lamanya
Wallahu Alam